Zamia furfuracea, known as the Cardboard Palm, is a lovely cycad that is native to Mexico.
Cardboard palm has leaves to 1 metre long that emerge from a central point forming a rosette. When grown in bright sunlight the rosette becomes a 1 metre high clump of tightly overlapping leaves that will slowly grow to 1.8 metres in diameter.
The thick leathery leaves are pinnate and have 12cm long by 2.5cm wide oval leaflets. They are slightly fuzzy and feel a little like cardboard when rubbed.
The foliage emerges from a thick fleshy trunk that serves as a water reservoir in times of drought. Male and female reproductive structures (cones) form on separate plants. Even very young plants produce these interestingly shaped cones. When ripe, the female cone breaks to reveal an array of tightly packed, bright red 2.5cm seeds.
Best suited to tropical and sub-tropical climates. It is also a popular and easy to grow houseplant. Prefers full sun to partial shade. Sustains leaf damage at -2ºC.
For sale is a packet of fresh seeds.
Pertumbuhan Blue Giant selama 10 bulan
sumber:
Muchammad Iljas
Yos sutiyoso : Catatan Penting Hidroponik
- 1. Catatan Yos Sutiyoso https://www.facebook.com/yos.sutiyoso HIDROPONIK, Hidro=air, ponos=daya, hidroponik = memberdayakan air. Jangan ditulis dan diucapkan sebagai HIDROPHONIK, karena phonos = suara, sehingga menjadi suara air. Ngilu mendengarnya! Definisi=nya ruparupa ! Soilless culture, Budidaya dalam greenhouse, Budidaya anorganik, accchhh, peduli amat, sich, yang penting hasilnya unggul dalam kualitas dan kuantitas, hemat air, hemat energi, versatility/kelincahannya tinggi, bersahabat dengan lingkungan, tidak ada pencemaran oleh bakteri E. Coli, dan menghasilkan produk yang sehat, hygienis, aromatis, dengan protein dan vitamin yang melimpah, dan berpenampilan yang menarik dan menimbulkan selera untuk mengkonsumsinya. Memang diakui memerlukan pemodalan yang besar, managerial skill yang tinggi, marketing network yang canggih, dan sumber daya manusia yang handal! Kerjakan ! BEBERAPA SISTEM BUDIDAYA HIDROPONIK. 1. Menggunakan media, misalnya : a) Tanah. Kelemahannya ialah banyak mengandung bibit penyakit cendawan dan bakteri atau cyste/kistanya, yang setelah beberapa bulan akan meledak penyakitnya. Juga banyak mengandung benih gulma, yang sewaktuwaktu akan muncul. Kadang mengandung bibit hama, misalnya ulat tanah Agrotis, dan beberapa jenis nematoda, a.l. Meloidogyne. b) Pasir. Sudah ditinggalkan, karena mahal, sukar didapat, mahal transportasinya, tinggi biaya penyebarannya di kebun, berat, padat, kecil rongga udaranya, kompak padat menyulitkan pertumbuhan akar. c) Humus, Kompos. Hanya baik bagi tanaman yang ditumbuhkan secara vegetatif saja, misalnya sayuran daun : bayam, caysim, kangkung, pakchoy, kailan, selada. d) Cocopeat, gambut bubuk sabut kelapa. Kandungan saponinnya tinggi, kadang2 > EC 3,0 mS/cm, sehingga kurang peluang untuk memberi pupuk, tanpa melampaui batas phytotoksisitas. Harus dicuci dgn air mengalir, hingga EC saponinnya 0,0 0,5, tergantung tanaman yang akan ditanam apakah tanamannya sukulen atau berkayu.
- 2.e). Arang sekam. Bila tidak musim panen padi, maka sekam sukar didapat. Bila dibuat sendiri, karena teknologi pe,buatannya mudah. 2. Menggunakan media air. a) NFT – Nutrient Film Technic – Hidroponik Talang Landai. Menyontek NFT dan greenhouse, buatan Belgia, yang diimpor siappakai, milik almarhum Ir Sunarto di Jln Semboja, Margonda, Depok, thn 1983, saya membuat versi lokal dengan menggunakan talang hujan rumah tangga. Talang dengankelandaian tangens 5 %, larutan nutrisi mengalir dengan ketebalan 3 – 4 mm, menjadikannya kaya oksigenterlarut, karena riak yang bergulunggulung berhubungan langsung dengan udara. Sistem NFT ini sangat populer! b) DFT – Deep Flow Technic – Hidroponik Talang Datar. Kedalaman air dipertahankan pada kedalaman tidak lebih dari 8 cm, supaya beban tidak terlampau berat bagi talang. Air masuk pada ujung yang satu dan keluar melalui lubang pada ketinggian 8 cm pada ujung yang lain. Aerasi pada sistem ini kurang sempurna, sehingga sulit untuk mencapai produksi yang tinggi. Antara styrofoam yang dipasang pada ketinggian 10 cm, dengan permukaan air pada ketinggian 8 cm, ada rongga udara setebal 2 cm, untuk aerasi. c). Floating Raft Technic – Hidroponik Rakit Apung. Kolam dengan kedalaman 40 cm, diisi larutan nutrisi setebal 30 cm, diapungi styrofoam tebal 3 cm, diberi berpuluh lubang tanam, ditanami anak semai sayuran daun, dengan akarnya menjuntai ke dalam larutan nutrisi. Dengan blower ditambahkan udara ke dalam tandon, untuk meningkatkan kadar oksigenterlarut. Pengelolaan instalasi sangat mudah. 3. Menggunakan media air dan tanah/lumpur. a) Hidroponik Pasang Surut – Ebb and Flood. Biasanya digunakan dalam produksi tanaman hias dalam pot. Pot diletakkan dalam bak dan kaki pot digenang oleh larutan nutrisi setinggi 4 – 8 cm, selama beberapa menit, kemudian larutan dialirkan keluar kembali secara gravitasi, dilakukan sekali dalam beberapa hari. Pot berisi media, biasanya tanah bercampur bahan organis. Tinggi larutan perendaman harus dibatasi, untuk mencegah media mengapung dan merubuhkan tanaman. b) Hidroponik perendaman. Sawah adalah suatu sistem hidroponik perendaman, dengan air mengalir lambatlambat, didorong oleh debit air pada inlet sebesar 1 liter/hektar/detik, suatu jumlah yang besar. (Dikecualikan : Sawah tadah hujan, yang mendapat pasokan air dari hujan, dan air dipertahankan di lahan itu selama mungkin.) 4. Menggunakan udara sebagai media Aeroponik . Anak semai yang ditancapkan ke dalam lubang tanam, yang dibuat pada sehelai styrofoam, akarnya bergelayutan bebas ke bawah. Diliput oleh kabut butiran halus larutan nutrisi, melalui sprinklers yang digerakkan oleh pompa tekanan tinggi, secara terus menerus tanpa
- 3. henti, akar bermandikan butiran halus, yang kandungan oksigenterlarutnya sangat tinggi, yang sangat menunjang proses respirasi. Larutan yang tidak mengenai akar dikumpulkan dan dialirkan kembali ke tandon/reservoir larutan nutrisi, untuk resirkulasi. Dihari depan sistem aeroponik akan banyak diterapkan unuk memproduksi bibit induk kentang, dan karenanya kita sudah harus mulai fokus pada teknik aeroponik. Percobaan yang berhasil baik telah pula dilakukan terhadap aeroponik produksi bunga potong Chrysanthemum/krisan dan Lily. Umur tanaman dapat direduksi dari 12 minggu menjadi 8 minggu. Jumlah kuntum bunga yang mekar serempak dapat ditingkatkan dari dua menjadi tiga kuntum. Kecerahan warna dan aroma dapat pula ditingkatkan sedikit. GARAM ANORGANIS UNTUK MERAMU PUPUK HIDROPONIK. Garam anorganis yang dipakai dalam meramu pupuk hidroponik dipilih yang mengandung unsur hara makro N, P, K, Ca, Mg, S, yang esensial, mutlak dibutuhkan dalam jumlah banyak, untuk membentuk tubuh tanaman, dalam rangka produksi yang tinggi kuantitas dan kualitasnya. Diperlukan pula unsur hara mikro Fe, Mn, Cu, Zn, B, Mo, yang juga esensial, mutlak dibutuhkan walau dalam jumlah kecil, dan kebanyakan berperan sebagai enzym. Deretan unsur itu ditambah Na, Si, dan Cl, dan dianggap sebagai “beneficial elements”, unsur yang menguntungkan. Na dapat menjadi pengganti K, pada lahan yang miskin K, dengan gejala pelepah daun kelapa terkulai. Petani memupuknya dengan garam dapur NaCl, supaya pelepah yang berikutnya tegak. Si, silikat, memperkuat jaringan tumbuhan, sehingga penyakit cendawan tidak bisa menyerang. Cl, chlor, patut ditakuti dan dihindari, karena dapat mengganggu rumahtanggaair jaringan tanaman, terbentuknya selsel raksasa, penuh dengan air, merusak konsistensi sel, menyebabkan produk hambar tanpa rasa. Unsurunsur hara itu setelah masuk ke dalam tubuh tanaman, selalu berubah bentuk, menjadi protein, lemak, dsbnya, dan jangan disangka mereka bergentayangan lepas sebagai unsur individual. Biasanya unsurunsur itu dikumpulkan di vakuola didalam sel, menanti diproses oleh ribosom yang juga berada dalam sel, untuk menjadi protein, jaringan/tissue, organ/alat tubuh, dsbnya. JENIS BAHAN KIMIA YANG DIPAKAI SEBAGAI SUMBER UNSUR HARA MAKRO Yang paling populer ialah konsep AB mix, dengan membuat pekatan/konsentrat A dan B, untuk kemudian diencerkan dengan perbandingan 1 : 100, untuk menjadi larutan pupuk AB mix yang siap pakai. Di grup A ada unsur kation kalsium Ca + +, dan di grup B ada anion sulfat SO4 dan anion fosfat PO4 . Dalam keadaan pekat Ca tidak boleh bertemu dengan sulfat, karena terbentuknya gips CaSO4, yang mengendap dan praktis tidak larut, sehingga unsur Ca, maupun sulfatnya, tidak dapat diserap oleh akar. Juga dalam keadaan pekat Ca tidak boleh bertemu dengan fosfat, karena terbentuknya triple super fosfat TSP, yang mengendap dan praktis tidak
- 4.larut, sehingga unsur Ca maupun fosfatnya, tidak dapat diserap olah akar. Tetapi dalam keadaan diencerkan, misalnya 1 : 100, maka Ca + sulfat, maupun Ca + fosfat, bisa larut dengan baik. Kemudian Ca, sulfat, dan fosfat, bisa diserap dengan leluasa oleh akar. Gips CaSO4 walau rendah sekali, masih mempunyai daya larut, walau hanya sebesar1.25 %. TSP Ca3(PO4)2 walau rendah sekali, juga masih mempunyai daya larut, walau hanya sebesar 1,75 %. Itulah sebabnya, dalam keadaan encer, Ca boleh bertemu dengan sulfat, maupun fosfat, tanpa kekhawatiran akan terjadi endapan. Inilah siasat untuk memasukkan unsur Ca dalam ramuan pupuk hidroponik, mengingat pentingnya peran Ca dalam percaturan pemupukan hidroponik. BAHAN KIMIA KOMPONEN PUPUK HIDROPONIK AB MIX Garamgaram, bahan kimia komponen pupuk hidroponik, semuanya anorganis yang merupakan elektrolit, yang bila dilarutkan akan terurai menjadi kation dan anion, seingga bisa diserap oleh tanaman. Dipilihkan bahan kimia yang mudah didapat, secara umum banyak dipakai, miring harganya, gradenya teknis, tidak terlalu hygroskopis, dan sebaiknya easy to handle. Angka persen kandungan unsurunsur utama dinyatakan sebagai N, dan P, K, Ca, Mg, S. Hal ini harus dibedakan dengan pupuk tabur untuk pertanian konvensional, yang menggunakan sebutan P2O5, K2O, CaO, MgO, SO2. Para pelaku hidroponik memerlukan “mental switch” dalam perhitungan membuat formula pupuk hidroponik. Digunakan konsep kerja pekatan/konsentrat A dan B, untuk kemudian disatukan menjadi AB mix. Untuk menjadikannya larutan siap pakai, dilakukan pengenceran 1 : 100. Sebagai contoh ialah group A, yang terdiri atas 3 komponen, jumlah bobot 1250 g. Group B, yang terdiri atas 4 komponen, jumlah bobot dibuat juga sama, yaitu 1250 g, sehingga jumlah bobot total A + B = 2.500 g. Nanti semua komponen group A dimasukkan ke dalam kontainer A kapasitas 5 liter dan ditambahi air, hingga volumenya mencapai 5 liter. Hal yang sama diperlakukan terhadap group B, hingga tercapai pekatan B yang juga 5 liter. Dalam mempersiapkan larutan siap pakai, maka sediakanlah kontainer yang diisi 1.000 liter air bersih, dituangi 5 liter pekatan A, diaduk semenit hingga rata, dan ditambahi lagi 5 liter pekatan B, diaduk lagi. Tersiapkanlah sekitar 1.000 liter larutan siap pakai AB mix, dengan kepekatan sesuai dengan EC (electro conductivity) sekitar 2,5 mS/cm.
- 5. ISI PEKATAN GROUP A DAN GROUP B Sudah diterangkan di atas bahwa pupuk hidroponik AB mix, terdiri atas group A dengan kandungan Ca + +, dan group B dengan kandungan SO4 dan PO4 , dan tidak boleh dipertemukan dalam keadaan pekat, karena kekhawatiran terjadinya endapan kalsium sulfat, gips, CaSO4, dan tripple super fosfat, TSP, Ca3(PO4)2. Kandungan group A, a.l. ialah kalsium nitrat 5Ca(NO3)2.NH4NO3.10H2O, dan merupakan sumber Ca sebesar 19 %, yang mudah larut dan mudah diserap oleh tanaman. Dikandung pula Nnitrat sebesar 14,4 % dan Namonium 1,1 %. Karena kecilnya Namonium, maka kompon ini disebut kalsium nitrat saja, dan kata amonium ditelan, karena ukurannya kecil. Group A juga mengandung kompon kalium nitrat, KNO3, dengan kandungan K sebesar 38 % dan Nnitrat 13 %. Group A juga dimuati unsurunsur mikro esensial, yang sebagian dalam bentuk chelate/kelat, yaitu FeEDTA, MnEDTA, CuEDTA, ZnEDTA, dan asam borat H3BO3, serta Namolybdat, yang terutama berperan sebagai enzym. Kandungan group B ialah monokalium phosphat, MKP, KH2PO4, dengan K sebesar 28 % dan P 23 %. MKP ini dapat berperan sebagai buffer, untuk menstabilkan pH pada suatu angka tertentu, dengan bersifat asam dalam kondisi basa, dan bersifat basa dalam kondisi asam. Juda ada amonium sulfat, ZA (zwavel amonicus, bahasa Belanda), (NH4)2SO4, dengan kandungan Namonium sebesar 21 % dan sulfur S 24 %. Yang ketiga adalah kalium sulfat, ZK, K2SO4, dengan kandunga K 45 % dan sulfur S 18 %. Yang keempat ialah magnesium sulfat, garam Inggris, Epsom salt (Inggris), bitterzout (Belanda), bittersalz (Jerman) MgSO4.7H2O. FORMULA PUPUK HIDROPONIK AB MIX UNTUK SEMUA STADIA Menurut teori, persemaian memerlukan formula yang berbeda dengan masa vegetatif/pertumbuhan dan berdeda pula dengan masa generatif/pembungaan/pembuahan. Dalam praktek di lapangan, hal ini sulit dilaksanakan, karena lahan berproduksi dan tandon larutan pupuknya hanya sebuah, jadi tidak bisa dibedabedakan. Diambillah kebijaksanaan untuk menggunakan satu formula saja, dan membedakan kepekatan dan volume pemberiannya untuk stadiastadia persemaian, vegetatif, dan generatif. Misalnya, untuk persemaian digunakan EC 1,0 mS/cm, untuk masa vegetatif 2,0 mS, dan untuk generatif 3,0. Yang dimaksud EC ialah “Electro Conductivity”, pengantaran listrik, dan datuannya untuk berhidroponik ialah mS/cm, karena katoda dan anodanya berjarak 1 cm, sedangkan mS dibacanya milli Siemens, milli berarti seribu, dengan S ditulis dengan huruf besar.
- 6. Kalau melakukan fertigasi, misalnya menanam melon pada polybag dengan kapasitas arang sekam 5 liter, dengan sistem irigasi tetes/drip irrigation, ketika kecil aplikasi adalah 2 X 200 = 400 ml/hari; medium besar 3 X 300 = 900 ml/hari; stadia produksi 4 X 300 = 1.200 ml/hari. Kalau satu tanaman dijadikan dua cabang, maka pada stadia produksi harus 4 X 400 = 1.600 ml/hari. Kalau menggunakan polybag berkapasitas 7 liter arang sekam, diisi 2 tanaman/polybag, satu tanaman diduacabangkan, sehingga ada 4 cabang, maka diperlukan 5 X 400 = 2.000 ml/polybag/hari. FORMULA PUPUK HIDROPONIK UNTUK TIAP GROUP TANAMAN Diyakini formula pupuk untuk tanaman yang dibudidayakan untuk mendapatkan hasil panen berupa daun, misalnya bayam, akan berbeda dengan formula untuk tanaman dengan hasil panen berupa buah, misalnya tomat. Kalau dibulakbalik, akan mendapatkan hasil yang mengecewakan. Bila pupuk bayam digunakan pada tanaman tomat, maka akan tercipta daun tomat yang panjang dan lebar, melengkung karena beratnya yang besar. Tetapi mana bunga, pentil, dan buah tomatnya? Terbukti tanaman terus menerus tumbuh secara vegetatif, dan tidak ada tandatanda beralih ke fase generatif. Sebaliknya menanam bayam dengan pupuk khusus tomat, maka akan menghasilkan tanaman yang serba pendek dan kompak, kecilkecil sudah mulai berbunga, dan daun yang diharapkan hijau rimbun, terbukti tidak banyak terlihat. Tidak terlampau sulit untuk mengatur perumusan formula pupuk hidroponik, bila kita kuasai fisiologi tumbuhan. Tentunya beberapa ilmu dan ketrampilan lainnya harus diketahui pula, terutama kimia anorganis. Untuk memudahkan kerja, maka tanaman yang dihidroponikkan dibagi dalam 5 gugusan, yaitu : 1. Sayuran daun : Bayam, Caysim, dsbnya. 2. Sayuran daun dan batang : Kangkung, Kailan, dsbnya. 3. Sayuran bunga : Brocolli, Bloemkool, dsbnya. 4. Sayuran buah : Tomat, Cabai, dsbnya, dimasukkan juga Melon. 5. Sayuran umbi : Biet, Radish dsbnya. Formula untuk no.1, tidak banyak berbeda dengan no. 2. Formula no. 3, tidak banyak berbeda dengan no. 4. Masingmasing jenis tanaman dapat pula dibuatkan formula khas untuk jenis tanaman tersebut saja.
- 7. REKAYASA FORMULASI PUPUK HIDROPONIK KHAS TANAMAN TERTENTU. Ambil contoh tanaman tomat. Disamping persyaratan umum bahwa produksinya tinggi, penampilannya baik, rasanya nikmat, diinginkan pula syarat tambahan seebagai berikut : 1. Bebas gejala BER (blossom end rot), gejala defisiensi kalsium, Ca. Disebabkan pasokan Ca memang kurang, berat atom Ca yang memang tinggi, sehingga mobilitasnya payah, tanaman kurang mempunyai “power”, karena selama seminggu intensitas cahaya matahari rendah, “exposure time”nya pendek, sehingga asimilasi karbohidratnya hanya sekedarnya 2. Disyaratkan, tanaman tidak menunjukkan gejala serangan penyakit cendawan Alternaria, Phytophthora, Fusarium, yang dapat menghancurkan produksi. 3. Karena jenis tomat ini adalah tomatbuah dan bukan tomatsayur, maka derajat sweetness/kemanisannya harus lebih menonjol dari derajat accidityfreshness/kesegarannya. Untuk menjawab tantangan itu, maka kegiatan tambahan dalam meramu pupuk hidroponik AB mix, adalah : 1. Meningkatkan kadar Ca > 150 ppm, sehingga BER dapat tercegah. Peran matahari ditingkatkan untuk menambah energi bagi tanaman, supaya Ca dapat terangkat dan terangkut ke pentil buah. 2. Meningkatkan kadar Ca > 150 ppm (seperti di atas), untuk memperkuat dinding sel, supaya lebih toleran terhadap serangan penyakit cendawan. Disamping Ca, juga asupan P ditingkatkan, untuk meningkatkan dan memperkuat “crude fiber”/serat kasarnya pada inding sel. 3. Manis disenafaskan dengan karbohidrat, dengan fotosintesa, dengan kesanggupan P merubah gelombang cahaya menjadi energi kimia dalam bentuk karbohidrat, gula yang manis. Asupan hara P perlu ditingkatkan, dan paling cocok ialah dengan peningkatan MKP, monokalium phosphat, KH2PO4, di mana penambahan unsur K dapat membantu perbaikan distribusi, transportasi dan penumpukan hasil asimilat. Komentar selanjutnya adalah : Literatur luar negeri, entah mengapa, jarang berani membahas interaksi antara pupuk/meramu pupuk, EC dengan angka yang besar, volume yang tinggi, dengan pencegahan serangan penyakit cendawan. Interaksinya kuat, sehingga dapat digunakan untuk mengatasi banyak masalah yang ditimbulkan oleh penyakit cendawan.
- 8. PENTINGNYA NILAI AMBANG PHYTOTOKSISITAS TIAP JENIS TANAMAN Kita bernafsu untuk menggunakan EC yang tinggi untuk punjulnya produksi, kualitas, dan penampilan hasil panen. Di lain fihak kita dihadang batas ambang keracunan tanaman, phytotoksisitas, yang sering muncul dalam bentuk “malformasi”, “ngaco”nya bentuk tanaman sehingga lain dari biasanya, gosong daunnya sebelah, terlalu lama berada dalam fase vegetatif tanpa memperlihatkan akan beralihnya ke fase generatif, dsbnya. Pada sayuran yang sukulen/berairbanyak, misalnya Bayem, Caysim, Pakchoy, batasnya pada budidaya hidroponik ialah EC 3,0 mS/cm. Jadi kita beroperasinya sampai EC 2,5 saja. Bila tibatiba temperatur udara naik, realative humidity/kelembaban nisbah udara turun, tanaman berkeringat dan menguap lebih banyak, sehingga EC larutan meningkat, ada “keleluasaan” sebesar EC 0,5 untuk meredam gejolak EC, hingga terhindarlah tanaman dari keracunan. Dilain fihak, perlu disadari bahwa bila kita menaikkan EC, maka semakin tinggi EC yang dicapai, semakin berkuranglah efisiensi penyerapannya oleh tanaman, karena faktor jenuh kemudian muncul. Hukum “Law of deminishing return” muncul, dan derajat pertumbuhan tanaman mendekati stagnasi/mandek! Memang akan aman, bila kita main di angka rendah, jauh dari nilai ambang phytotoksisitas, tetapi tanaman tumbuhnya lambat, rasa dan aroma produk menurun, “shelflife” pendek, berada di fase vegetatif terlalu lama tanpa ada tandatanda akan beralih ke fase generatif, dan sayuran timbangannya enteng, sehingga usaha kurang menguntungkan. MENGUKUR KEPEKATAN LARUTAN PUPUK HIDROPONIK Mengukur kepekatan larutan pupuk, dilakukan dengan mengukur pengantaran listrik di antara dua kutub, yaitu Katoda dan Anoda, yang berjarak satu cm, dari suatu alat yang disebut EC meter, Electro Conductivity meter, alat ukur pengantaran listrik. Satuannya ialah mS/cm, dituliskannya m kecil, dan S besar, milli Siemens per cm, karena jarak katoda dan anoda ialah satu cm. Beberapa pabrik menambahkan suatu alat kecil di dalamnya, yang membaca satuan pengantaran listrik itu, mengkonversinya untuk menjadi ppm (parts per million), pengukurannya terhadap TDS, total dissolved solids, jumlah bahan padat yang terlarutkan. Penambahan alat kecil ini tentunya meningkatkan biaya produksi sedikit.
- 9. Rumitnya ialah bahwa tiap pabrik memakai angka faktor konversi sendirisendiri, dan tidak ada yang mau mengalah untuk hanya memakai satu angka saja. Angka faktor konversi yang pernah terlihat ialah 500, 630, 640, 650, 670, 700. Hal ini membingungkan, dan kadang menimbulkan prasangka dan pertentangan, karena setiap pemakai bebas memakai angka konversi yang diinginkannya. Saya pribadi memilih menggunakan EC, yang angka satuannya hanya semacam, jadi tidak membingungkan. KETRAMPILAN MENGGUNAKAN EC METER. Kalau menanam cabe merah besar dengan sistem hidroponik, maka digunakan petunjuk : Persemaian : menggunakan EC 1,0 mS/cm. Fase vegetatif : EC 2,0 mS. Fase generatif : EC 3,0. (Cara menulis tanpa menyebutkan lagi satuannya, kawankawan sudah dapat mengerti kepekatan pupuk yang dimaksud). EC meter bertenaga baterei kancing, bila sudah lama dan banyak dipakai, tenaganya berkurang, menunjukkan angka secara “erratik”, naikturun terus menerus, seolah tidak ada hentinya. Baterei yang sudah lemah, harus diganti dengan yang segar. Setelah membuka tutupnya, ujung EC meter dicelup ke dalam larutan yang akan diukur kepekatannya, sedalam garis batas. Setelah selesai, hendaknya dioffkan sesegera mungkin untuk menghemat batereinya. EC meter juga sangat berguna untuk mencegah kita melampaui nilai ambang phytotoksisitas, misalnya bila kita melihat pada monitor, bahwa angka EC sudah sangat tinggi, sehingga besar kemungkinan batas keracunan akan terlewati, maka dengan segera kita bisa bertindak menurunkan kepekatan larutan pupuk. Terhindarlah kita dari gejala gosong pada tanaman, karena EC yang terlampau tinggi itu. Pun EC meter bisa dipakai untuk mensegerakan peralihan fase vegetatif ke generatif, dengan menaikkan angka EC, tetapi tetap jangan nyerempetrempet nilai ambang phytotoksisitas, karena terkandung bahaya jatuhnya produksi. PENTINGNYA PENGERTIAN MENGENAI pH DAN PEMILIKAN pH METER. pH digunakan untuk menggambarkan derajat keasaman suatu larutan, dan kisarannya adalah dari angka 0 hingga 14, dengan angka 7 sebagai derajat asam yang netral. Pada titik itu, kation H + ada satu, dan di fihak lain anion OH – juga ada satu, sehingga muatan listriknya seri. Di bawah angka 7, jumlah kation H + bertambah banyak semakin kita bergerak ke kiri, angka pH semakin
- 10. mengecil, dan dinamakan asam sekali. Di atas angka 7, jumlah anion OH – bertambah banyak, semakin kita bergerak ke kanan, angka pH semakin membesar, dan dinamakan alkalis atau basa sekali. Biasanya kita berhidroponik dengan kisaran pH antara minimum 5,5 – maksimum 6,5, dengan optimum 6,0. Di bawah pH 5,5 beberapa unsur mulai mengendap, tidak dapat diserap oleh akar, menunjukkan gejala defisiensi unsur tertentu. Di atas pH 6,5, beberapa unsur mulai pula mengendap, tidak dapat diserap oleh akar, menunjukkan gejala defisiensi unsur tertentu pula. Sebaiknya kita berada pada pH optimum, di mana semua unsur berada dalam kelarutan yang sempurna, semua unsur mudah diserap oleh akar, dan tidak akan terlihat gejala defisiensi unsur yang manapun. Kisaran tetap diperlukan, karena misalnya oleh peningkatan temperatur udara, maka pH larutan akan naik, tetapi masih dapat diliput oleh kisaran tersebut. Apalagi kita selalu memasukkan bahan kimia anorganis yang bersifat buffer, semisal MKP, monokalium phosphat, KH2PO4, yang dapat menstabilkan pH larutan, jadi bersifat basa dalam kondisi asam, dan bersifat asam dalam kondisi basa. Semua unsur berada dalam keadaan larut sempurna, tidak akan menunjukkan gejala defisiensi unsur hara manapun, sehingga produksi tinggi kuantitas dan kualitasnya. BAHAN KIMIA UNTUK MENURUNKAN DAN MENAIKKAN pH. Pertumbuhan tanaman pada budidaya hidroponik yang baik dapat dicapai bila air atau larutan derajat asamnya, atau pH, berada antara pH 5,5 – 6,5, dengan optimal pH 6,0. Kisaran pH ialah antara 0 hingga 14, dengan angka netral 7,0. Dibawah angka 7,0 disebut asam. Di atas angka 7,0 disebut basa atau alkalis. Untuk menurunkan pH air diperlukan asam anorganis kuat, sedangkan untuk menaikkan diperlukan basa atau alkali kuat. Untuk menurunkan pH tidak dianjurkan menggunakan asam organis, misalnya cuka CH3COOH, atau asam semut HCOOH, karena asam organis adalah asam lemah, yang diperlukan dalam jumlah besar untuk menurunkan pH sedikit, jadi jatuhnya mahal. Lagi pula daya kerjanya tidak lama, dalam beberapa jam pH sudah naik kembali, seolaholah asam organis tersebut tidak pernah ditambahkan. Pilihan berkisar antara asamasam anorganis kuat. Ambil contoh asam nitrat HNO3, yang digunakan pada budidaya sayuran daun, mengingat unsur Nnya, walau hanya sedikit, lumayan
- 11.dapat menyumbang untuk pertumbuhan sayuran daun. Asam fosfat H3PO4 digunakan pada budidaya sayuran buah, mengingat unsur Pnya, walau hanya sedikit, lumayan dapat menyumbang untuk perkembangan generatif sayuran buah. Dapat pula menggunakan asam sulfat H2SO4, yang dapat dibeli di pompa bensin SBPU, dalam botol plastik warna merah. Unsur Snya, walaupun hanya sedikit, lumayan untuk menunjang pembentukan protein. Bahaya mengancam, misalnya uap asam nitrat, yang dapat membutakan mata. Untuk mengurangi bahayanya, asam nitrat harus diencerkan menjadi hanya 10 %. Begitu pula dengan asam fosfat. Baju bolong, kulit melepuh, kerongkongan kering, sering dialami pekerja yang kecipratan atau menghirup uap asam kuat. PENGUKURAN EC, Electro Conductivity, PENGANTARAN LISTRIK. Kepekatan larutan nutrisi diukur dengan menggunakan EC meter, yang mengukur electro conductivity, pengantaran listrik, dengan satuan mS/cm, karena katoda dan anodanya berjarak 1 cm. Beberapa pabrik EC meter menambahkan padanya suatu alat tambahan kecil yang menterjemahkan mS/cm menjadi satuan ppm (parts per million), dan alatnya berubah nama menjadi TDS meter (Total Dissolved Solids). Penambahan alat itu tentunya meningkatkan biaya produksi alat. Digunakanlah faktor konversi, dan setiap pabrik menggunakan faktor konversinya sendirisendiri, a.l. 500, 630, 640, 650, 670, dan 700 ppm, untuk tiap mS/cm. Hal ini membingungkan, hingga diambil keputusan untuk menggunakan EC saja, dengan satu satuan, yaitu mS/cm. Untuk persemaian digunakan EC 1,0 mS/cm, fase pertumbuhan vegetatif EC 2,0 mS, dan fase generatif EC 3,0. Tiga cara menulis satuan EC ini, sering kita dapati dalam tulisan di majalah atau di Facebook. Di lain fihak, angka EC juga digunakan untuk membatasi kita supaya tidak semenamena menaikkan EC, karena ada batas “phytotoksisitas”, kebanyakan dengan gejala gosong. Misalnya caysim, bayam, dan beberapa sayuran daaun lainnya terlihat mulai gosong bila > EC 3,0, tetapi untuk kangkung, kailan, yang sedikit lebih kuat, mungkin angka keracunan > EC 3.5. Untuk tomat, terong, paprika, yang bisa dianggap tanaman perennial, tahunan, dan berkayu, “phytotoxicity level” diduga > EC 7,0. Hal ini membuka kemungkinan untuk menggunakan EC yang tinggi, yang banyak berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, a.l. perpendekan umur hingga layak panen, perpanjangan umur “shelf life” di supermarket, meningkatkan produktivitas, penampilan, rasa, aroma, kadar protein dan vitamin.
- 12. KEBUTUHAN NUTRISI SESUAI PERTUMBUHAN TANAMAN. Tanaman tumbuh makin lama makin besar, dan pertumbuhannya mengikuti deret ukur dan bukan deret hitung. Pemupukan hendaknya juga mengikuti deret tersebut, supaya semua kebutuhannya dapat terpenuhi, produksi tinggi, hasil panen berkualitas, harga jual tinggi, menempati market share yang unggul. Sayuran buah, misalnya tomat, ketimun, terong, mengalami 3 masa pertumbuhan, yaitu : persemaian, masa vegetatif/pertumbuhan, dan masa generatif/pembungaan & pembuahan. Formula pupuk hidroponik AB mixnya, menurut teori, seyogyanya berbeda untuk masingmasing stadia. Dalam prakteknya, kebun hanya satu blok, satu instalasi NFT, satu tandon/reservoir larutan pupuk, satu sistem irigasi, sehingga tidak memungkinkan membuat 3 sistem sebagaimana disyaratkan. Maka "dimainkan"lah EC, electro conductivity, dan dipilih angka yang bisa "all round" melayani ketiga sistem, tanpa "melukai" ketiga anggota sistem tersebut. Dipilihlah angka EC 2,5 mS/cm, yang sebenarnya "makanan orang tua", tetapi menurut pengalaman masih ditolerir oleh persemaian atau tanaman yuvenil/kecil,muda. Dengan dalih : "Lebih baik si anak kecil diberi makanan orang tua, daripada kakeknenek diberi makanan anak kecil, lalu tidak beranak!". Akhirnya tercapailah suatu stadia kerja, di mana persemaian, tanaman kecil baru pindah tanam, tanaman yang sedang tumbuh pesat, tanaman yang mulai beralih dari masa vegetatif ke generatif, atau sedang berbuah lebat, semuanya hanya memakai satu formula generatif saja, dengan satu ukuran kepekatan saja, yaitu dengan EC 2 1/2 mS/cm. Titik! Pada awalnya memang ketarketir, apakah tanaman akan phytotoxic, atau tidak? Terbukti : Tidak! Kemudian hal itu menjadi SOP, standard operating procedure dan kebiasaan, hingga sekarang, tanpa pernah mengalami kegagalan secuilpun. KEBUTUHAN AIR OLEH TANAMAN. Hidroponik terkenal sebagai pengguna air yang sangat efisien, Hanya sebatas yang dibutuhkan untuk proses hidup tanaman dan yang diuapkan oleh tanaman. Ditambah dengan yang dibuang sedikit, ketika sebulan sekali tandon larutan pupuk dikuras. Itupun tidak dibuang percuma, tetapi disiramkan ke tanaman hias, tanaman buahbuahan yang tumbuh di pekarangan, atau dialirkan ke sawah, untuk penambahan pupuk menanam padi. Penggunaan air tergantung pada : ● Jenis tanaman yang dibudidayakan.
- 13. ● Ukuran tanaman, persemaian membutuhkan air sedikit, tanaman dewasa membutuhkan air sangat banyak. ● Radiasi matahari; semakin terik, semakin banyak air dibutuhkan. ● Temperatur; semakin tinggi, semakin banyak membutuhkan air. ● Kelembaban nisbi; semakin rendah RH, relative humidity, semakin banyak diperlukan air. ● Angin; semakin keras tiupan angin, semakin banyak diperlukan air. EBB AND FLOOD, HIDROPONIK PASANG SURUT, Hidroponik pasang surut jarang disebut, padahal mempunyai beberapa sifat yang baik, a.l. oksigenasi yang lancar, dengan mengalirnya udara segar ke ronggarongga yang ditinggal oleh larutan AB mix, yang sebelumnya menggenang pot beserta mediatanamnya sedalam 4 8 cm, selama 5 20 menit, 1 4 hari/1 2 X, sesuai dengan ketinggian dan umur tanaman, yang ditanam dalam bakbak datar waterpas, dalam media tanam yang tidak mengambang. Satu hal yang dikhawatirkan, adalah bila satu tanaman akarnya sakit terserang suatu penyakit cendawan, penyakit itu akan menyebar meluas, dengan disirkulasi larutan hara, dari bak tanam ke tangki/tandon/reser voir, bolakbalik. Dalam kenyataannya hal ini jarang terjadi, karena ramuan AB mix yang jitu, dengan EC yang tinggi, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan penyakit cendawan yang menyebar melalui aliran air. Bakbak tanam yang diletakkan lebih tinggi dari pompa dan tandon larutan hara, bila larutan yang menggenangnya secara gravitasi dialirkan kembali ke tandon, maka udara segar akan memasuki ronggarongga udara dalam media, membawa oksigen segar untuk respirasi akar. PENYERBUKAN TEPUNG SARI KE BAKAL BUAH DALAM GREENHOUSE. Karena ketiadaan lebah penyerbuk dalam greenhouse yang tertutup, maka pada pertanaman tomat dilakukan pemukulan dengan tongkat kecil pada batang tomat, dan getaran yang ditimbulkannya sudah cukup untuk menyebabkan tepung sari dari kepala sari berterbangan dan mendarat di kepala putik. Pada Cucurbitaceae, misalnya melon, ketimun, bunga jantan terpisah dari bunga betina, sehingga ketukan pada batang belum tentu menjamin setiap bunga betina akan terpolinasi oleh tepung sari yang terlepas dari bunga jantan.
- 14. Biasanya disewa neneknenek yang setiap pagi berkeliling dan dengan kwas kecil yang dicocolkan ke tepung sari di bunga jantan, dan mencocolkannya kembali ke kepala putik pada bunga betina. Bunga betina yang sudah diserbuk kemudian dirusak helai bunga mahkotanya, sebagai pertanda sudah diserbuki. Tanpa kwas pun bisa mengadakan polinasi, yaitu dengan memetik bunga jantan dan mencocolkan kepala sarinya ke kepala putik bunga betina. Satu bunga jantan dapat digunakan untuk menyerbuk 2 3 bunga betina. Perbandingannya boleh pula dijadikan 1 : 1, karena bunga jantan banyak jumlahnya. Tetapi hati2!. Bila temperatur greenhouse terlampau tinggi, kadang yang keluar bunga jantan melulu, dan tidak satupun ada bunga betina! Itu memang salah urus, membuat greenhouse tanpa memikirkan temperatur tinggi yang bisa timbul untuk waktu lama. REKAYASA PEMUPUKAN DAPAT MERUBAH WARNA BUAH. Tanaman melon yang warna asli buahnya merah, dapat dibuat berwarna pucatpasi, bila diberi pupuk amonium yang banyak, misalnya yang berasal dari pupuk ZA, amonium sulfat, (NH4)2SO4, atau dari pupuk Urea, CO(NH2)2. Bila banyak diberi fosfat, misalnya dalam bentuk MKP, monokalium phosphat, KH2PO4, yang juga kaya akan kandungan K, kalium, maka warna merah melon akan semakin semarak dan menarik. Jumlah pemberian harus benarbenar banyak, supaya perubahan warna itu semakin kontras. AMONIUM BERLEBIH MEMUDARKAN WARNA MERAH MELON. Amonium, NH4 +, adalah kation yang ringan, dan karenanya diserap banyak sekali oleh akar, beserta mantel air yang menyelimuti tiap ion dari elektrolit yang terurai. Berat atom N = 14, dan H = 1, menyebabkan kation NH4 + bobotnya menjadi 14 + (4 X 1) = 18. Lho, beratnya sama dengan molekul air H2O, yang (2 X 1 ) + 16 = 18 juga. Pantaslah, bahwa ringannya kation NH4 + menyebabkan ia diserap banyakbanyak oleh akar melon. Air juga turut terserap sangat banyak, sehingga terjadi selsel raksasa, dan buah melon
- 15. terlihat besar. Tetapi, yah tetapi, sel raksasa konsistensi selnya amburadul, rasa manis buah melon menjadi encer, sehingga hambar rasanya. Warna merah yang seyogyanya berwarna pekat, karena sekarang banyak diencerkan oleh air, warna merahnya akan memudar, hilang daya tariknya, dan turun harga jualnya. Solusinya ? NNH4 + gunakan sedikit saja. Kebutuhan tanaman akan N dialihkan dengan memberi NNO3 , Nnitrat, misalnya dari kalium nitrat KNO3, Canitrat, kalsium nitrat Ca(NO3)2.4H2O atau kalau ia terlalu hygroskopis, alihkan ke kalsium amonium nitrat, dengan nama dagang Calcinit, dan rumus kimia 5Ca(NO3)2.NH4NO3.10H2O. AMBANG KERACUNAN PHYTOTOXICITY LEVEL. Di awal perkembangan perhidroponikan, banyak yang menggunakan media dan fertigasi. Nutrisi yang tidak terserap oleh akar akan berakumulasi, fertigasi yang dilakukan beberapa kali per hari akan menyebabkan akumulasi dengan cepat. EC masuk biasanya 1,5 mS/cm, tetapi EC hasil akumulasi bisa mencapai angka 5,0. Padahal, misalnya untuk tanaman melon yang sukulen, nilai ambang keracunan adalah EC 3,5, di atas angka tersebut daun akan mulai gosong! Untuk menghindari terlampauinya nilai ambang keracunan biasanya digunakan patokan kerja EC 2,5, cukup aman terhadap kegosongan. Memang ada yang berani meningkat hingga EC 2,8, tetapi semakin tinggi, semakin mendekati kejenuhan, sehingga kita harus ingat "law of deminishing return", semakin mendekati titik jenuh, semakin tidak efisien penyerapan hara. Lagi pula kita harus ingat, bahwa bila tibatiba RH (relative humidity) turun, evapotranspirasi meningkat pesat, tanaman banyak kehilangan air, EC tibatiba melonjak, melampaui nilai ambang phytotoksisitas, dan tanaman gosong separuh daunnya. Jadi, berhatihatilah! Karena dengan EC 2,5, kemungkinan terlampauinya nilai ambang keracunan, akan lebih cepat tercapai dibandingkan pada EC 1,5. Sebentar2 dicheck EC, bila matahari terik, dan bersiapsiap membuka kran air, untuk menurunkan EC larutan nutrisi di tandon. KELAT/CHELATE EDTA, DTPA, EDDHA. Ferrum, dengan kode Fe, dapat hadir sebagai Fe ++, ferro, dapat pula terdapat sebagai Fe +++, ferri, yang mengendap. Ferro sering jahil, colakcolek unsur mikro lainnya, dan mengfiksasinya dengan mengendapkannya, dengan akibat tanaman menjadi korban, akan menunjukkkan gejala "chlorosis", pucat. Untuk mengurangi kejahilannya, muatan dua ++ itu diberangus dengan suatu "chelating agent", bernama EDTA, ethylene diamin tetra acetic acid. Setelah terjinakkan unsur Fe tersebut, untuk
- 16.pertama kalinya petani dapat berproduksi dengan baik, tanpa harus ada gejala klorosis. Tetapi keadaan yang membahagiakan itu berlangsung mulai pH 5,5. Kesulitan timbul, ketika angka pH naik karena pertumbuhan yang pesat, yang menyebabkan persentase kelat tidak lagi 100 %, terjadi presipitasi atau endapan, yang menghasilkan gejala klorosis, disusul dengan tersumbatnya dripper penetes. Dengan perkembangan teknologi, sekarang diciptakan FeEDTA yang dapat stabil antara pH 4 9. Beberapa pekebun Belanda menggunakan kelat ferrum yang nilai biologisnya lebih unggul, dan stabil pada pH yang tinggi, yang bernama DTPA, dan cukup menggunakan 1 2 ppm, dan bukan 3 5 ppm, untuk tiap 1.000 l larutan AB mix. Tetapi harga kelatnya dobel. Di masa pertumbuhan sangat pesat, di mana pH kadang naik dan mencapai angka 7,0, maka 30 50 % dari DTPA diganti dengan kelat EDDHA, yang lebih canggih lagi, misalnya untuk menghadapi pH 10, tetapi sayangnya tidak disebutkan untuk budidaya macam dan jenis tanaman apa! Dan harga kelatnya, ala Mak! EC METER dengan mS/cm atau TDS METER dengan ppm ? (Saduran dari Catatan Kecil no. 7, Revised edition) Duaduanya bisa digunakan ! Yaitu untuk mengukur kepekatan nutrisi melalui penghantaran listrik, antara katoda + dan anoda , dan dipasang dengan jarak 1 cm. Parameternya ialah mS/cm, yang dapat dibaca pada monitornya. Alatnya bernama "electro conductivity meter", "EC meter", daan kedua huruf ditulis dengan huruf besar. Ada pabrik yang menambahkan suatu mekanisme di dalam EC meter itu, yang menterjemahkan parameter mS/cm menjadi ppm, dan dapat dibaca pada monitornya. Alat ini diberi nama TDS meter, "Total dissolved solids" meter. Tetapi beda pabrik, beda angka konversinya, a.l. 500, 630, 640, 650, 670, 700. Satu larutan AB mix saya, bisa terbaca dengan berbagai angka ppm! Terpaksa saya mengadakan pilihan. Saya kemudian menganut mashab EC dengan mS/cm, dan meninggalkan TDS dengan ppmnya! Boleh, dong! PENGGUNAAN pH DAN EC YANG MANTAP SEPANJANG WAKTU. (Saduran dari Catatan Kecil no. 8, Revised Edition). Budidaya hidroponik dengan media, misalnya polybag kapasitas 5 liter arang sekam, diisi dengan tanaman melon, dijajarkan sepanjang kiri kanan slang polyethylene 19 mm, dengan jarak tanam 60 cm, ditancapi "nipple", yang disambung dengan "spaghetty tube" ke "regulating stick", dan secara irigasi tetes diteteskanlah larutan AB mix dengan EC 3,0 mS/cm, pH 5,8, dan curah, "flowrate" 1 liter/jam, dijalankan pompa "submersible" beberapa kali/hari, dengan total pemberian 1 liter/polybag/hari. Tandon AB mixnya dipendam di dalam tanah, supaya airnya
- 17. tetap dingin 25 oC, dilengkapi pompa sub, dan larutan diteteskan ke dalam polybag yang ditanami melon. Satu cm di atas dasar polybag dilubangi, untuk mengeluarkan kelebihan larutan yang diteteskan, dan dinamakan "throw to waste", limbah atau kelebihan larutan dibuang! Jadi air yang diteteskan selamanya berEC 3,0, dan berpH 5,8, tanpa berubah. Apa di polybag ada perubahan? Ada! Yaitu AKUMULASI, penumpukan larutan yang berlebihan hari demi hari. Malahan ini bisa menjadi "blessing", karena semakin tanaman berumur, ia memerlukan pupuk yang extra banyak, untuk berbunga, berpentil, pembesaran buah, pemasakan buah. Pun tanaman semakin kuat terhadap EC yang tinggi, tidak akan terjadi gosong. Pokoknya tanaman selalu mendapat tetesan larutan AB mix yang mantap EC dan pHnya! AKUMULASI EKSUDAT TANAMAN YANG MENJADI TOKSIN Topik yang akan dibicarakan ini belum saya temui di buku fisiologi tumbuhan manapun; karenanya hanya merupakan teorema dari saya yang hanya berdasarkan logika, dan tidak dilatar belakangi angkaangka hasil penelitian, sehingga terserah pada Anda untuk mempercayainya! Manusia tiap hari berak dan kencing, dan toilet/kakus itu di"flush", disebor, hilang lenyaplah "eksudat" tadi ke dalam septiktank. Beres! Tanaman di hidroponik (ataupun di tanah) tiap waktu juga berak dan kencing, tetapi pada NFT (Nutrient Film Technic, Hidroponik Talang Landai), ada sirkulasi, yaitu larutan itu berulang kembali disuapkan pada tanaman itu juga, dengan tiap kali ada peningkatan kadar eksudat. Ada yang mengatakan sirkulasi itu berlangsung tiap 15 menit, dan ada yang mengatakan diperlukan waktu 2 jam untuk larutan itu dijejalkan kembali pada tanaman yang sama. Pokoknya, dalam waktu satu minggu saja akumulasi eksudat telah mencapai suatu konsentrasi yang amat tinggi, dan yang sudah merupakan racun bagi pertumbuhan tanaman pokok. Tanaman stagnan derajat pertumbuhannya, bentuk dan penampakannya amorf (tanpa bentuk), atau malformasi (bentuknya menyimpang dari seharusnya), berlekuk dan keriting, kerdil, dan akhirnya gagal jual. Kalau tandon atau reservoir larutan pupuknya kecil, maka hanya dalam seminggu sudah harus dibuang larutan pupuk itu dan harus diganti dengan yang baru. Kalau tandonnya besar, mungkin baru dua bulan kemudian pengurasan harus dilakukan. Singkatnya : Tandon harus besar. Pengurasan harus dilakukan sesering mungkin. Limbah larutan pupuk itu masih bisa dimanfaatkan untuk menyiram sawah atau pohon pisang yang tumbuh didekatnya.
- 18. USAHA MENETRALKAN EKSUDAT. Ketika kecil, kalau Ibu melihat saya garukgaruk, Ibu langsung menanya apakah gatal? Kemudian dengan cepat membuka lemari obat dan mengambil "kalk tablet", tablet kapur/kalsium, dan saya disuruh menelannya sebutir. Tidak lama kemudian rasa gatal itu lenyap. Ruparupanya kalsium mengikat racun/toksin, atau menetralkannya, sehingga rasa gatal langsung hilang. Suatu literatur pernah saya jumpai yang menyatakan, bahwa salah satu peran Ca, kapur, dalam fisiologi tumbuhan, ialah menetralkan toksin/eksudat yang berada dalam tanaman, sehingga tidak bisa lagi mengganggu pertumbuhan tanaman. Andai kata pendapat itu benar, maka kita pakai saja Calcium ammonium nitrate, 5Ca(NO3)2.NH4NO3.10H2O, yang kandungan unsur Canya 19 %, misalnya sebanyak 1.000 g untuk tiap 1.000 l larutan AB mix, sehingga kandungan Canya menjadi 190 ppm, dan dianggap cukup untuk menetralkan racun/toksin yang berada dalam larutan AB mix yang Anda sedang gunakan. Itu kalau teori ini benar adanya! Patut dicoba, untuk memperpanjang umur pakai larutan AB mix dalam tandon larutan pupuk.
sumber: Bapak Yos Sutiyoso
Ara komersial saat ini (Ficus carica L.) produksi pohon pembibitan terutama didasarkan pada stek diambil dari pohon induk dan ditempatkan dalam rooting atau media tumbuh, yang pada akhirnya akan menghasilkan akar dan tunas sehingga membentuk pabrik baru identik dengan pohon induk ( Valio, 1986). Stek kayu yang diambil dari pucuk satu tahun disimpan di pasir untuk periode stratifikasi dan kemudian langsung ditanam di tanah untuk memperoleh tanaman baru. Ini adalah metode tradisional untuk tumbuh pohon ara pembibitan. Dalam produksi pohon ara pembibitan komersial, rooting bukanlah masalah bagi petani. Namun, masalah yang paling penting adalah hilangnya tanaman akibat patogen tanah dan nematoda (Kilinc et al., 2007). Gejala khas infeksi nematoda di pembibitan termasuk stunting, menguning, layu, dan yang paling penting dari sudut pandang ekonomi, hasil berkurang. Oleh karena itu, salah satu alternatif yang lebih aman adalah budidaya tak dinodai (Burrage, 1999). Selama tahun 1980, penggunaan budaya yg tak dinodai dan substrat yang berbeda berkembang sangat (Rijck dan Schevens, 1998). Banyak penulis telah meneliti penggunaan substrat alternatif untuk produksi pembibitan (Bugbee et al, 1991;.. Tyler et al, 1993;. Evans et al, 1996; Chong dan Lumis, 2000).Kebanyakan komponen substrat alternatif yang menjanjikan karena mereka adalah non-beracun untuk tanaman dan dapat berhasil digunakan untuk mengubah substrat konvensional. Namun, ketersediaan regional dan pasokan terbatas kualitas produk yang konsisten seragam dan mengurangi penggunaan luas mereka (Wright et al., 2006).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai efek dari substrat, yang dapat dengan mudah diperoleh, untuk pertumbuhan dan kualitas pohon ara pembibitan. Sebuah teknologi baru untuk produksi pohon ara pembibitan diperkenalkan. Karena kerugian besar setelah tanam terutama dalam metode tradisional pembibitan tumbuh, tanaman ditanam dalam budaya melalui, yaitu, dari penanaman stek ke titik mendongkel pohon ara pembibitan, sehingga mereka tidak dipindahkan ke media lain selama masa pertumbuhan. Sepengetahuan penulis, ada penelitian telah dilakukan untuk menentukan substrat yang menguntungkan untuk digunakan dalam tumbuh pohon ara pembibitan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, tujuannya adalah untuk membandingkan substrat yang menguntungkan bagi tumbuh pohon ara pembibitan melalui budaya serta untuk memeriksa efek dari substrat yang berbeda pada kualitas dan pertumbuhan kemajuan pohon pembibitan ara tumbuh tanaman di sebuah terowongan yang tinggi. Dengan cara ini, substrat yang berbeda dibandingkan dalam rangka mengoptimalkan metode propagasi.
Bahan dan metode
Potongan kayu yang memiliki tunas terminal Ficus carica L. CV. Sarilop (Calimyrna) yang digunakan. Percobaan dilakukan dalam polietilen tertutup kaca terowongan tinggi di Provinsi Aydin Turki pada tahun 2004. substrat Lokal tersedia digunakan dalam persidangan. Media tanam berikut digunakan: (i) perlit, (ii) 1: 1 gambut + perlit, dan (iii) serbuk gergaji halus, (iv) tanah sebagai kontrol. Gambut itu lumut gambut sphagnum dan perlite itu kelas hortikultura. The bulk density dari perlit adalah 65 kg m 3 dan partikel memiliki diameter 2-5 mm.Serbuk gergaji halus (0,01-1,0 mm diameter) diperoleh dari pohon kayu keras campuran dan kompos sebelum digunakan.
"Budaya Trough" digunakan sebagai salah satu sistem budaya substrat menggunakan palung dengan kapasitas 125 L dan dimensi 25 × 50 × 100 cm untuk setiap sepuluh tanaman ara. Sistem irigasi tetes dengan 4 L laju aliran h 1 digunakan untuk irigasi atau untuk aplikasi larutan nutrisi. Sebuah tangki nutrisi memiliki 400 kapasitas L digunakan, dan pompa listrik disampaikan solusi dari tangki ke laterals.
Stek batang kayu yang diambil menjelang akhir Februari tahun 2004, dari pohon ara dewasa dari koleksi Erbeyli Gambar Research Institute. Stek yang panjang 30 cm dan terdiri dari hutan satu tahun. Mereka disimpan di pasir untuk stratifikasi selama satu bulan dan ditanam pada tanggal 15 April 2004, di palung diisi dengan substrat dan ditempatkan dalam sebuah terowongan rumah kaca yang tinggi. Stek ditanam langsung pada substrat. Jarak adalah 25 cm antar baris dan 25 cm antara stek pada baris yang sama.
Palung diisi dengan substrat memungkinkan drainase mudah, dan mencegah kontaminasi silang antara kontrol dan substrat lainnya. Stek ara yang diairi tanpa memasok setiap nutrisi tambahan sampai akar pertama kali muncul. Kebutuhan air dan nutrisi tanaman disuplai melalui larutan nutrisi lengkap, diterapkan melalui sistem irigasi tetes. Komposisi kimia dari larutan nutrisi adalah (dalam mg L -1): N: 210, P: 31, K: 234, Mg: 48, Ca: 160, S: 64, Fe: 2,5, Mn: 0,5, B: 0,5, Cu: 0,02, Zn: 0,05, dan Mo: 0.01 (Hoagland dan Arnon, 1950). Formulasi ini mencakup semua unsur hara yang diperlukan untuk periode vegetasi tanaman, dan tanaman bergizi dan irigasi 3-4 kali per hari di semua substrat kecuali tanah (kontrol) tergantung pada persentase drainase dihitung dalam aplikasi irigasi sebelumnya (Maloupa dan Gerasopoulos, 1999; Özzambak dan Zeybekoğlu, 2004). Waktu dan frekuensi irigasi ditentukan oleh tensiometry dan mempertimbangkan karakteristik drainase dan retensi air dari jenis substrat yang berbeda. Perlite, gambut + pengaturan perlite dan serbuk gergaji yang disiram lebih dan jauh lebih sering daripada tanah. Jumlah larutan air / nutrisi yang disesuaikan dengan volume drainase terus sekitar 15-20%, dan solusi Surplus diizinkan untuk menjalankan membuang (sistem terbuka) (Gül et al., 2007).
Nilai pH dari solusi irigasi dan drainase diukur dengan pH meter, EC dengan konduktivitas meteran listrik. Nilai target pH 5,0-6,0, dan nilai EC dari 1,80-2,00 mmhos cm -1 dikendalikan dua kali seminggu dan disesuaikan sesuai kebutuhan. Untuk menyesuaikan pH, asam sulfat digunakan. Larutan nutrisi dari tangki pengumpul diperbaharui setiap kali nilai EC melebihi 2.00 mmhos cm 1.
Untuk mengamati efek dari substrat terhadap pertumbuhan dan kualitas pohon ara pembibitan, pada akhir periode vegetasi (29 Desember 2004) pohon ara pembibitan tumbang. Setelah pemisahan akar dari substrat, tanaman dibagi menjadi bagian udara dan akar. Panjang tunas (SL), menembak diameter (SD), jumlah node (NN), panjang ruas (LIN), panjang akar (RL), jumlah akar (NR), akar berat segar (RFW), akar kering berat (RDW), menembak berat segar (SFW), bobot kering batang (SDW), kadar gula total batang (TSCS), kandungan gula total root (TSCR), total kandungan pati batang (TStCS), total kandungan pati dari akar (TStCR), karbohidrat total isi batang (TCCS), dan kandungan total karbohidrat dari akar (TCCR) dari sepuluh tanaman tumbang per pengobatan dan per ulangan diukur. (Dolgun et al, 2005;.. Kilinc et al, 2007).
Untuk analisis biokimia, akar dan batang bagian dari tanaman ara dikeringkan pada 65-70 o C sampai berat konstan dan kemudian tanah. Metode anthrone, metode spektrofotometri, digunakan untuk menentukan total gula dan pati isi, yang merupakan kandungan total karbohidrat dalam batang dan akar pohon ara pembibitan (Morris, 1948). Analisis biokimia dilakukan dengan tiga ulangan.
Penelitian ini dilakukan dengan tiga ulangan dalam blok acak desain (Acikgoz, 1988). Sepuluh tanaman, per mereplikasi dan per substrat yang digunakan. Data menjadi sasaran analisis varians (ANOVA) dengan cara paket perangkat lunak JMP (SAS Institute, 1996). Dalam hal efek substrat yang signifikan, perbandingan sarana dilakukan dengan cara perbedaan paling signifikan (LSD) test pada tingkat signifikansi 0,05.
Hasil dan Diskusi
Sebagai langkah pertama dalam mengembangkan subsektor ara itu perlu untuk menghasilkan jumlah yang cukup kuat dan sehat pohon pembibitan. Studi ini telah memulai konsep bahwa pohon pembibitan ara dapat diperbanyak dengan budaya substrat, yang merupakan jenis budaya yg tak dinodai. Pohon-pohon pembibitan ara berhasil tumbuh dengan mengadopsi budaya palung, yang paling mudah dari semua metode budaya yg tak dinodai dengan (Sevgican, 2003). Substrat mempengaruhi pertumbuhan dan kualitas pohon, dan efek dari substrat diucapkan pada pohon ara pembibitan berkembang.
Dalam uji coba ini, gambut + perlite meningkat dengan cara SL menengah, NN, dan LIN bila dibandingkan dengan perlit, serbuk gergaji halus dan kontrol (Tabel 1 dan 2). SL dan NN adalah parameter kualitas yang sangat penting bagi pohon ara pembibitan tumbuh ( Tabel 1 , Gambar 1 ). Selain itu, perlite meningkatkan RL dan RFW dibandingkan dengan substrat lainnya. Akar tertinggi dan bobot kering dari pohon ara pembibitan saat panen ditemukan pada tanaman yang ditanam di perlit (Gambar 2). Perlite lebih mahal dari agregat lainnya, yang ternyata menjadi kerugian dalam praktek, tetapi perlite yang sama bisa digunakan lebih dari empat kali dalam kegiatan budaya yg tak dinodai (Szmidt et al., 1988). Sebagai media tumbuh, gambut + perlite dan perlit saja telah mencapai hasil yang sukses di sebagian besar penelitian, terutama pada budaya nabati (Verdonck, 1991; Gul dan Sevgican, 1992; Gul dan Sevgican, 1994; Sirin dan Sevgican, 1999; Sevgican, 2003).
Perlite memiliki struktur selular tertutup, dengan mayoritas air yang dipertahankan dangkal dan dirilis perlahan pada ketegangan yang relatif rendah, menyediakan drainase yang sangat baik dari media dan aerasi dari rizosfer. Oleh karena itu, sering memerlukan irigasi untuk mencegah stres air cepat berkembang (Maloupa et al., 1992). Perlite secara fisik stabil dan kimia inert, sehingga memberikan kapasitas buffer yang rendah. Air dipertahankan pada permukaan butiran atau di ruang pori antara agregat (Maloupa et al., 1992) dan dirilis pada ketegangan kelembaban relatif rendah (Jackson, 1980). Perlite biasanya diterapkan dalam campuran untuk memastikan drainase yang baik dan untuk meningkatkan kapasitas udara dalam substrat (D'Angelo dan Titone, 1988).
Sebenarnya, gambut digunakan dalam berbagai situasi sebagai mulsa, substrat dan struktur tanah amandemen, untuk sebagian besar sistem tanam (Lennartsson, 1997). Dengan sifat tertentu dan keanekaragaman tanaman budidaya, gambut tidak sempurna sesuai dengan keragaman ini. Untuk ini perlu menggunakan aditif untuk memperbaiki karakteristik yang menjadi kelemahan dalam situasi tertentu. Misalnya, kapasitas rendah untuk pembasahan berguna untuk mulsa tapi kerugian untuk pembuatan substrat. Untuk ini, penambahan surfaktan diperlukan untuk meningkatkan kapasitas pembasahan (Guerin et al., 2001). Akibatnya, media gambut + perlite digunakan dalam percobaan ini.
Karbohidrat tanaman memainkan peran penting dalam pertumbuhan dan perakaran tanaman dan ketahanan terhadap dingin. Dengan demikian, kandungan karbohidrat total, yang terdiri dari gula dan pati isi, ditentukan dalam akar dan batang. Dalam penelitian ini, tidak ada perbedaan yang diamati antara substrat diuji dalam hal TSCR, TStCS, TStCR, TCCS dan TCCR ( Tabel 2 ). Namun, penggunaan gambut + perlit menyebabkan TStCS lebih tinggi dan TCCS bila dibandingkan dengan perlite dan serbuk gergaji halus. Baik serbuk gergaji tidak menghasilkan pohon kualitas yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan gambut + perlit, perlite, dan kontrol, kecuali untuk TSCS, yang lebih tinggi daripada yang ditanam di gambut + perlit dan perlit substrat (Gambar 3).Meskipun, Worral (1977) melaporkan bahwa serbuk gergaji kompos telah berhasil digunakan untuk tumbuh pohon buah-buahan di pembibitan selama satu tahun, dan tumbuh paling tanaman indoor dan bibit. Dalam uji coba ini, serbuk gergaji halus tidak memadai kompos untuk digunakan sebagai media tumbuh.
Maksimum jumlah akumulasi karbohidrat dalam batang diperoleh untuk gambut + perlit. Hal ini dapat dijelaskan oleh fakta bahwa tanaman memiliki lebih node dan akumulasi karbohidrat jauh lebih hadir pada node (Kilinc et al., 2007). Dari hasil ini pada parameter pertumbuhan pohon ara pembibitan, menggunakan gambut + perlite sebagai substrat menghasilkan hasil yang menggembirakan. Dalam hal ini, hasil mendukung karya beberapa peneliti (Verdonck, 1991; Olympios, 1992;. Tüzel et al, 2001). Selain itu, Bohne (2004) menyatakan bahwa dalam kaitannya dengan pertumbuhan tanaman itu sama atau lebih baik untuk substrat gambut berkurang dan gambut bebas dibandingkan dengan gambut.
Campuran gambut + perlit disajikan kinerja terbaik selama periode pertumbuhan. Perlite sangat berpori, memiliki kapiler yang kuat, dan dapat menahan 3-4 kali air lebih dari berat. Akar di perlite selalu baik aerasi dan baik disiram (Olympios, 1992;. Kreen et al, 2002). Pencampuran gambut dengan perlite meningkatkan parameter pertumbuhan pohon, lebih dari menggunakan perlite saja. Kapasitas tukar kation yang tinggi merupakan keuntungan penting dari gambut (Verdonck, 1991). Efek ini mungkin disebabkan peningkatan penyerapan beberapa nutrisi karena gambut bertindak sebagai reservoir, memegang unsur dalam struktur untuk slow release ke rhizosfer.
Temuan penelitian dikemukakan bahwa pohon ara pembibitan kuat mungkin akan lebih cocok untuk tumbuh di lahan gambut + perlit dan substrat perlite. Tertinggi tunas dan akar panjang diperoleh, media gambut + perlit dengan 82,9 cm dan menengah perlite dengan 96,8 cm, masing-masing. Hasil yang didapatkan sesuai dengan pelaporan sebelumnya Mengel dan Kirkby (2001) yang menyatakan bahwa serapan hara potensi tanaman tergantung kepada perkembangan akar mereka dan kekuatan. Dalam penelitian kami, perkembangan akar tertinggi diperoleh di media perlite karena serapan hara.
Gambar pohon pembibitan tumbuh ditampilkan kecenderungan meningkat pada media berbasis perlit.Kesimpulan ini dapat berhubungan dengan kapasitas menahan air tinggi dari media berbasis perlit. Hasil penelitian ini sesuai dengan temuan Gul et al. (2003). Di bawah cahaya dari laporan sebelumnya dari Harland et al. (1999) dan Gül et al. (2005), penambahan Klinoptilolit ke perlite dan tuff adalah untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil karena peningkatan penyerapan nutrisi, terutama nutrisi organik.
Penggunaan media alternatif yg tak dinodai untuk produksi tanaman membutuhkan pengetahuan tentang karakteristik fisik dan kimia untuk menghasilkan kondisi terbaik untuk pertumbuhan tanaman (Chavez et al., 2008). Komponen substrat tak dinodai harus memiliki sifat fisik dan kimia yang stabil selama budidaya tanaman. Bio-stabilitas substrat alternatif bervariasi, yang juga mempengaruhi sifat kimia dari substrat, manajemen mereka, dan pertumbuhan tanaman. Faktor fisik yang paling penting yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang retensi air dan aerasi substrat. Ini tidak hanya menentukan ketersediaan air dan udara, tetapi juga mempengaruhi sifat termal, aktivitas biologis dan ketersediaan mineral dari media (Klock, 1997). Selain itu, penggunaan substrat kontribusi untuk memecahkan masalah produksi limbah lokal. Air dan konten udara adalah parameter fisik yang paling penting dari substrat (Bunt, 1971). Air harus tersedia di substrat pada status energi terendah, tetapi pada saat yang sama udara yang cukup diperlukan di zona akar.Sebuah substrat tidak pernah bisa terlalu banyak mengandung air, tetapi dapat kekurangan udara (Gruda dan Schnitzler, 2004). Situasi ini menegaskan bahwa gambut + perlit atau perlite saja memberikan hasil terbaik.
Hasil penelitian ini dapat memberikan dasar-dasar potensi "budaya melalui", yang dapat disesuaikan sebagai sistem produksi di pohon pembibitan ara yang tumbuh di tahun-tahun mendatang. Di sisi lain, penelitian lebih lanjut disarankan untuk menilai substrat organik dan anorganik lainnya dan teknik budidaya tak dinodai untuk pertumbuhan pohon ara pembibitan. Penggunaan substrat alternatif membutuhkan pengetahuan tentang karakteristik baru untuk pencampuran dan juga untuk menawarkan kondisi terbaik untuk pertumbuhan tanaman selama budaya. Juga penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengatasi masalah kesuburan dengan substrat sebelum dapat direkomendasikan.
Substrat alternatif, yang ditandai dengan baik dan dikoreksi oleh campuran yang sesuai, memungkinkan untuk menghasilkan tanaman dengan kualitas yang lebih baik, lebih cepat (Calkins et al., 1997) dan substrat alternatif harus digunakan semakin untuk menyertakan hortikultura dalam sistem pertanian berkelanjutan.
salut bro..
BalasHapus